Nasi Makanan Pokok Asia yang Tetap Bertahan di Tengah Gempuran Gaya Hidup Modern

foto/istimewa

Sekilas.co – Nasi masih menjadi makanan pokok utama bagi masyarakat Asia, termasuk Indonesia. Meski tren gaya hidup modern memunculkan beragam alternatif seperti roti, quinoa, hingga makanan berbasis protein tinggi, nasi tetap menjadi pilihan utama dalam konsumsi harian masyarakat Asia.

Menurut data Food and Agriculture Organization (FAO), lebih dari 90% produksi dan konsumsi beras dunia terjadi di wilayah Asia. Negara negara seperti Tiongkok, India, Indonesia, dan Vietnam menjadi produsen sekaligus konsumen nasi terbesar. Peran nasi tak hanya sebagai sumber karbohidrat, tetapi juga bagian dari identitas budaya.

Baca juga:

Di Indonesia, nasi bukan sekadar makanan pokok, melainkan bagian dari bahasa keseharian. Ungkapan seperti “belum makan kalau belum makan nasi mencerminkan betapa pentingnya peran nasi dalam pola makan masyarakat. Di berbagai daerah, nasi juga diolah menjadi aneka hidangan tradisional seperti nasi uduk, nasi liwet, nasi kuning, hingga nasi padang.

Ahli gizi dari Universitas Gadjah Mada, dr. Wenny Larasati, mengatakan bahwa nasi masih relevan secara nutrisi, selama dikonsumsi dalam porsi yang seimbang.  Nasi putih tinggi karbohidrat, tapi jika dikombinasikan dengan serat, protein, dan lemak sehat, maka tetap menjadi bagian dari diet yang baik, ujarnya.

Meski begitu, tantangan terhadap konsumsi nasi mulai terlihat. Generasi muda urban mulai mengurangi konsumsi nasi demi mengejar pola makan rendah kalori atau rendah gula. Hal ini memunculkan tren makanan alternatif seperti nasi shirataki, nasi jagung, hingga diet tanpa nasi. Namun, tren ini umumnya bersifat gaya hidup, bukan kebutuhan pokok.

Beberapa negara bahkan telah melakukan inovasi terhadap nasi, baik dari segi varian maupun metode pengolahan. Di Jepang, misalnya, muncul nasi instan rendah kalori dengan kadar gula lebih rendah. Sementara di Korea Selatan, nasi sering dikombinasikan dengan gandum atau kacang untuk meningkatkan kandungan serat dan protein.

Di tengah globalisasi dan arus makanan cepat saji, eksistensi nasi tetap kokoh. Banyak restoran internasional yang mulai mengadaptasi nasi sebagai bagian dari menu mereka seperti rice bowl, sushi, dan nasi goreng khas fusion. Ini membuktikan bahwa nasi tak hanya bertahan, tapi juga berevolusi secara global.

Dengan peran pentingnya dalam sejarah, budaya, dan ekonomi, nasi diprediksi akan tetap menjadi fondasi utama kuliner Asia. Bukan sekadar makanan, nasi adalah simbol ketahanan pangan, warisan budaya, dan kekayaan cita rasa yang terus hidup dari generasi ke generasi.

Artikel Terkait