sekilas.co – Tempe dan tahu bukan hanya dua makanan sederhana yang sering menghiasi meja makan masyarakat Indonesia, tetapi juga merupakan bagian penting dari identitas kuliner Nusantara, khususnya dari daerah Jawa Tengah. Keduanya terbuat dari bahan dasar kedelai, yang kaya akan protein nabati, serat, dan berbagai nutrisi penting. Di tengah maraknya tren makanan modern dan gaya hidup cepat saji, tempe dan tahu tetap bertahan sebagai simbol makanan sehat, terjangkau, dan memiliki nilai budaya yang tinggi. Tidak hanya populer di Indonesia, kedua makanan ini bahkan telah menembus pasar internasional karena kandungan gizinya dan kesesuaian dengan gaya hidup vegetarian serta vegan yang semakin digemari di seluruh dunia.
Tempe dan tahu memiliki sejarah panjang di Indonesia, terutama di wilayah Jawa Tengah yang dikenal sebagai pusat produksi kedelai dan olahan tradisionalnya. Tempe dipercaya berasal dari daerah sekitar Yogyakarta dan Surakarta sejak ratusan tahun lalu, sementara tahu pertama kali diperkenalkan oleh para pedagang Tionghoa yang datang ke Pulau Jawa. Kata tahu sendiri berasal dari bahasa Hokkien tāu-hū, yang berarti kedelai yang difermentasi menjadi padatan lembut. Seiring berjalannya waktu, masyarakat Jawa Tengah mengadaptasi kedua makanan ini dengan cita rasa lokal. Mereka menciptakan beragam olahan, seperti tempe mendoan, tahu bacem, dan tempe garit, yang kini menjadi hidangan khas dan diwariskan secara turun-temurun.
Salah satu hal menarik dari tempe adalah proses fermentasinya yang alami dan sederhana. Kedelai yang sudah direbus dan dikupas kemudian dicampur dengan ragi khusus (Rhizopus oligosporus), lalu dibungkus menggunakan daun pisang atau plastik selama satu hingga dua hari. Hasil fermentasi ini menghasilkan tekstur padat berwarna putih karena miselium jamur yang tumbuh dan mengikat kedelai menjadi satu kesatuan. Aroma khas tempe berasal dari hasil reaksi alami selama proses fermentasi tersebut. Inilah yang membuat tempe memiliki rasa gurih alami yang berbeda dari makanan berbahan dasar kedelai lainnya. Selain itu, fermentasi juga meningkatkan kandungan gizi, membuat tempe lebih mudah dicerna oleh tubuh.
Berbeda dengan tempe, tahu dibuat melalui proses penggumpalan protein kedelai. Kedelai direndam, digiling, kemudian disaring untuk menghasilkan susu kedelai. Cairan ini kemudian direbus dan ditambahkan bahan penggumpal seperti cuka atau air asam. Setelah itu, gumpalan protein disaring kembali menggunakan kain dan dipadatkan menjadi blok tahu. Tahu yang dihasilkan memiliki tekstur lembut, netral, dan mudah menyerap rasa dari bumbu masakan. Di Jawa Tengah, tahu sering diolah menjadi berbagai varian seperti tahu pong dari Semarang, tahu bakso dari Ungaran, dan tahu petis dari Kendal. Setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri, yang menunjukkan betapa kreatifnya masyarakat dalam mengolah bahan sederhana menjadi makanan lezat.
Tempe dan tahu adalah sumber protein nabati yang sangat baik bagi tubuh, terutama bagi mereka yang mengurangi konsumsi daging. Tempe mengandung semua asam amino esensial, zat besi, kalsium, dan vitamin B kompleks yang dibutuhkan tubuh. Proses fermentasi pada tempe juga menghasilkan probiotik alami yang mendukung kesehatan pencernaan. Sementara itu, tahu rendah lemak, kaya kalsium, serta cocok untuk menjaga kesehatan tulang dan jantung. Kombinasi keduanya dapat membantu menyeimbangkan nutrisi harian, menjaga berat badan ideal, dan mengurangi risiko penyakit kronis seperti kolesterol tinggi atau hipertensi. Tak heran, banyak ahli gizi merekomendasikan tempe dan tahu sebagai makanan super khas Indonesia.
Keunikan tempe dan tahu terletak pada fleksibilitasnya dalam berbagai olahan masakan. Di Jawa Tengah, tempe mendoan adalah salah satu yang paling terkenal. Potongan tempe tipis dilapisi adonan tepung berbumbu lalu digoreng setengah matang sehingga menghasilkan tekstur lembek dan aroma khas daun pisang. Ada juga tahu bacem, yang dimasak dengan bumbu manis dari gula jawa, kecap, dan rempah, menciptakan rasa legit yang menggoda. Selain itu, tempe dan tahu juga sering diolah menjadi oseng tempe pedas, sayur lodeh, pecel, hingga nasi liwet. Bahkan kini, banyak restoran modern mengkreasikan tempe dan tahu menjadi burger tempe, nugget tahu, hingga tempe steak untuk menarik minat generasi muda.
Lebih dari sekadar makanan, tempe dan tahu juga memiliki peran penting dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Jawa Tengah. Banyak keluarga yang menggantungkan hidupnya dari usaha pembuatan tempe dan tahu rumahan. Industri kecil ini tersebar di berbagai daerah, seperti Banyumas, Klaten, dan Semarang, serta menjadi sumber penghasilan bagi ribuan orang. Selain itu, bahan baku dan proses pembuatannya yang sederhana membuatnya terjangkau oleh semua kalangan masyarakat, dari pedesaan hingga perkotaan. Di sisi lain, kehadiran tempe dan tahu juga merepresentasikan semangat gotong royong, karena dalam proses produksinya sering melibatkan kerja sama antara petani kedelai, pengrajin, hingga penjual di pasar tradisional.
Dalam beberapa tahun terakhir, tempe dan tahu semakin dikenal di berbagai negara sebagai makanan sehat khas Asia. Di Amerika Serikat dan Eropa, tempe bahkan dianggap sebagai “superfood” karena kandungan proteinnya yang tinggi dan cocok untuk diet vegetarian. Banyak restoran vegan menggunakan tempe sebagai pengganti daging dalam menu seperti tempe burger atau tempe stir-fry. Tahu pun tak kalah populer dan telah menjadi bahan utama dalam masakan Jepang, Korea, hingga Barat modern. Indonesia sebagai negara asal tempe mulai aktif mempromosikan produk ini ke pasar dunia. Dengan branding yang kuat dan kualitas yang terjaga, tempe dan tahu berpotensi besar menjadi ikon ekspor kuliner Indonesia yang mendunia.
Sebagai bagian dari warisan kuliner tradisional, tempe dan tahu perlu terus dijaga keberadaannya di tengah perkembangan zaman. Tantangan utama yang dihadapi adalah fluktuasi harga kedelai impor dan persaingan dengan makanan instan. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk mendukung petani lokal serta mengembangkan inovasi olahan berbasis tempe dan tahu agar tetap relevan di era modern. Edukasi tentang kandungan gizi dan manfaatnya juga perlu ditingkatkan, terutama di kalangan generasi muda. Dengan demikian, tempe dan tahu tidak hanya menjadi makanan sehari-hari, tetapi juga simbol ketahanan pangan dan kebanggaan nasional yang mencerminkan kesederhanaan, kreativitas, serta kearifan lokal Indonesia.





